Suku Bugis merupakan salah satu suku yang mendiami provinsi Sulawesi
Selatan. terdapat empat suku besar tersebar dihampir
semua kota dan kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. keempat suku tersebuat
antara lain Suku Bugis, Suku Makassar, Suku Toraja, dan Suku Mandar. postingan
kali ini penulis ingin berbagi sedikit mengenai salah satu suku terbesar yang
ada di provinsi sulawesi selatan Yakni Suku Bugis.
Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam
suku-suku Deutero Melayu. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama
dari daratan Asia tepatnya Yunan.
Kata “Bugis” berasal dari kata To Ugi, yang
berarti orang Bugis. Penamaan “ugi” merujuk pada raja pertama kerajaan Cina
yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika
rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka.
Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La
Sattumpugi.
La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan
bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari Sawerigading. Sawerigading
sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La
Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih
9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah
kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat
Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili,
Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton.
Perkembangan
Dalam perkembangannya, komunitas ini
berkembang dan membentuk beberapa kerajaan. Masyarakat ini kemudian
mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, dan pemerintahan mereka sendiri.
Beberapa kerajaan Bugis klasik antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa,
Sawitto, Sidenreng dan Rappang. Meski tersebar dan membentuk suku Bugis, tapi
proses pernikahan menyebabkan adanya pertalian darah dengan Makassar dan
Mandar.
Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa
Kabupaten yaitu Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Sinjai, Barru.
Daerah peralihan antara Bugis dengan Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros,
Pangkajene Kepulauan. Daerah peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas
dan Pinrang. Kerajaan Luwu adalah kerajaan yang dianggap tertua bersama
kerajaan Cina (yang kelak menjadi Pammana), Mario (kelak menjadi bagian
Soppeng) dan Siang (daerah di Pangkajene Kepulauan)
Masa Kerajaan Kerajaan Bone
Di daerah Bone terjadi kekacauan selama tujuh
generasi, yang kemudian muncul seorang To Manurung yang dikenal Manurungnge ri
Matajang. Tujuh raja-raja kecil melantik Manurungnge ri Matajang sebagai raja
mereka dengan nama Arumpone dan mereka menjadi dewan legislatif yang dikenal dengan
istilah ade pitue.
Kerajaan Makassar
Di abad ke-12, 13, dan 14 berdiri kerajaan
Gowa, Soppeng, Bone, dan Wajo, yang diawali dengan krisis sosial, dimana orang
saling memangsa laksana ikan. Kerajaan Makassar kemudian terpecah menjadi Gowa
dan Tallo. Tapi dalam perkembangannya kerajaan kembar ini kembali menyatu
menjadi kerajaan Makassar.
Kerajaan Soppeng
Di saat terjadi kekacauan, di Soppeng muncul
dua orang To Manurung. Pertama, seorang wanita yang dikenal dengan nama
Manurungnge ri Goarie yang kemudian memerintah Soppeng ri Aja. dan kedua,
seorang laki-laki yang bernama La Temmamala Manurungnge ri Sekkanyili yang
memerintah di Soppeng ri Lau. Akhirnya dua kerajaan kembar ini menjadi
Kerajaaan Soppeng.
Kerajaan Wajo
Sementara kerajaan Wajo berasal dari
komune-komune dari berbagai arah yang berkumpul di sekitar danau Lampulungeng
yang dipimpin seorang yang memiliki kemampuan supranatural yang disebut
puangnge ri lampulung. Sepeninggal beliau, komune tersebut berpindah ke Boli
yang dipimpin oleh seseorang yang juga memiliki kemampuan supranatural.
Datangnya Lapaukke seorang pangeran dari kerajaan Cina (Pammana) beberapa lama
setelahnya, kemudian membangun kerajaan Cinnotabi. Selama lima generasi,
kerajaan ini bubar dan terbentuk Kerajaan Wajo.
Konflik antar Kerajaan
Pada abad ke-15 ketika kerajaan Gowa dan Bone mulai menguat, dan
Soppeng serta Wajo mulai muncul, maka terjadi konflik perbatasan dalam
menguasai dominasi politik dan ekonomi antar kerajaan. Kerajaan Bone memperluas
wilayahnya sehingga bertemu dengan wilayah Gowa di Bulukumba. Sementara, di
utara, Bone bertemu Luwu di Sungai Walennae. Sedang Wajo, perlahan juga
melakukan perluasan wilayah. Sementara Soppeng memperluas ke arah barat sampai
di Barru.
Perang antara Luwu dan Bone dimenangkan oleh
Bone dan Luwu kemudian mempersaudarakan kerajaan mereka. Sungai Walennae adalah
jalur ekonomi dari Danau Tempe dan Danau Sidenreng menuju Teluk Bone. Untuk
mempertahankan posisinya, Luwu membangun aliansi dengan Wajo, dengan menyerang
beberapa daerah Bone dan Sidenreng. Berikutnya wilayah Luwu semakin tergeser ke
utara dan dikuasai Wajo melalui penaklukan ataupun penggabungan. Wajo kemudian
bergesek dengan Bone. Invasi Gowa kemudian merebut beberapa daerah Bone serta
menaklukkan Wajo dan Soppeng. Untuk menghadapi hegemoni Gowa, Kerajaan Bone,
Wajo dan Soppeng membuat aliansi yang disebut “tellumpoccoe”.
Penyebaran Islam
Pada awal abad ke-17, datang penyiar agama
Islam dari Minangkabau atas perintah Sultan Iskandar Muda dari Aceh. Mereka
adalah Abdul Makmur (Datuk ri Bandang) yang mengislamkan Gowa dan Tallo,
Suleiman (Datuk Patimang) menyebarkan Islam di Luwu, dan Nurdin Ariyani (Datuk
ri Tiro) yang menyiarkan Islam di Bulukumba.[2]
Kolonialisme Belanda
Pertengahan abad ke-17, terjadi persaingan
yang tajam antara Gowa dengan VOC hingga terjadi beberapa kali pertempuran.
Sementara Arumpone ditahan di Gowa dan mengakibatkan terjadinya perlawanan yang
dipimpin La Tenri Tatta Daeng Serang Arung Palakka. Arung Palakka didukung oleh
Turatea, kerajaaan kecil Makassar yang tidak sudi berada dibawah Gowa.
Sementara Sultan Hasanuddin didukung oleh menantunya La Tenri Lai Tosengngeng
Arung Matowa Wajo, Maradia Mandar, dan Datu Luwu. Perang yang dahsyat
mengakibatkan benteng Somba Opu luluh lantak. Kekalahan ini mengakibatkan
ditandatanganinya Perjanjian Bongaya yang merugikan kerajaan Gowa.
Pernikahan Lapatau dengan putri Datu Luwu,
Datu Soppeng, dan Somba Gowa adalah sebuah proses rekonsiliasi atas konflik di
jazirah Sulawesi Selatan. Setelah itu tidak adalagi perang yang besar sampai
kemudian di tahun 1905-6 setelah perlawanan Sultan Husain Karaeng Lembang
Parang dan La Pawawoi Karaeng Segeri Arumpone dipadamkan, maka masyarakat
Bugis-Makassar baru bisa betul-betul ditaklukkan Belanda. Kosongnya
kepemimpinan lokal mengakibatkan Belanda menerbitkan Korte Veklaring, yaitu
perjanjian pendek tentang pengangkatan raja sebagai pemulihan kondisi kerajaan
yang sempat lowong setelah penaklukan. Kerajaan tidak lagi berdaulat, tapi
hanya sekedar perpanjangan tangan kekuasaaan pemerintah kolonial Hindia
Belanda, sampai kemudian muncul Jepang menggeser Belanda hingga berdirinya
NKRI.
Masa Kemerdekaan
Para raja-raja di Nusantara bersepakat
membubarkan kerajaan mereka dan melebur dalam wadah NKRI. Pada tahun
1950-1960an, Indonesia khususnya Sulawesi Selatan disibukkan dengan
pemberontakan. Pemberontakan ini mengakibatkan banyak orang Bugis meninggalkan
kampung halamannya. Pada zaman Orde Baru, budaya periferi seperti budaya di
Sulawesi benar-benar dipinggirkan sehingga semakin terkikis. Sekarang generasi
muda Bugis-Makassar adalah generasi yang lebih banyak mengkonsumsi budaya
material sebagai akibat modernisasi, kehilangan jati diri akibat pendidikan
pola Orde Baru yang meminggirkan budaya mereka. Seiring dengan arus reformasi,
munculah wacana pemekaran. Daerah Mandar membentuk propinsi baru yaitu Sulawesi
Barat. Kabupaten Luwu terpecah tiga daerah tingkat dua. Sementara banyak
kecamatan dan desa/kelurahan juga dimekarkan. Namun sayangnya tanah tidak
bertambah luas, malah semakin sempit akibat bertambahnya populasi dan
transmigrasi.
Mata Pencaharian
Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran
rendah yang subur dan pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup
sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis
adalah pedagang. Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi
pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.
Bugis Perantauan
Kepiawaian suku Bugis-Makasar dalam
mengarungi samudra cukup dikenal luas, dan wilayah perantauan mereka pun hingga
Malaysia, Filipina, Brunei, Thailand, Australia, Madagaskar dan Afrika Selatan.
Bahkan, di pinggiran kota Cape Town, Afrika Selatan terdapat sebuah suburb yang
bernama Maccassar, sebagai tanda penduduk setempat mengingat tanah asal nenek
moyang mereka.
Penyebab Merantau
Konflik antara kerajaan Bugis dan Makassar
serta konflik sesama kerajaan Bugis pada abad ke-16, 17, 18 dan 19, menyebabkan
tidak tenangnya daerah Sulawesi Selatan. Hal ini menyebabkan banyaknya orang
Bugis bermigrasi terutama di daerah pesisir. Selain itu budaya merantau juga
didorong oleh keinginan akan kemerdekaan. Kebahagiaan dalam tradisi Bugis hanya
dapat diraih melalui kemerdekaan.
Bugis di Kalimantan Selatan
Pada abad ke-17 datanglah seorang pemimpin
suku Bugis menghadap raja Banjar yang berkedudukan di Kayu Tangi (Martapura)
untuk diijinkan mendirikan pemukiman di Pagatan, Tanah Bumbu. Raja Banjar
memberikan gelar Kapitan Laut Pulo kepadanya yang kemudian menjadi raja
Pagatan. Kini sebagian besar suku Bugis tinggal di daerah pesisir timur
Kalimantan Selatan yaitu Tanah Bumbu dan Kota Baru.
Bugis di Sumatera dan
Semenanjung Malaysia
Setelah dikuasainya kerajaan Gowa oleh VOC
pada pertengahan abad ke-17, banyak perantau Melayu dan Minangkabau yang
menduduki jabatan di kerajaan Gowa bersama orang Bugis lainnya, ikut serta
meninggalkan Sulawesi menuju kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Disini mereka
turut terlibat dalam perebutan politik kerajaan-kerajaan Melayu. Hingga saat
ini banyak raja-raja di Johor yang merupakan keturunan Bugis.
Demikianlah pembahasan penulis mengenai salah
satu suku terbesar yang ada di provinsi sulawesi selatan Indonesia. semoga
memberi manfaat.
Tags:
Budaya
Nice informasi , salam kenal dari blogger game tamaxgame.site
DEWAPK^^ agen judi terpercaya, ayo segera bergabungan dengan kami
dicoba keberuntungan kalian bersama kami dengan memenangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi segera buka link kami ya :) :) :* :*
Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
Tshirt Dakwah Online
Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
Tanda Pasangan Ada Niat Menikah
Asik dapat edukasi baru.Bone meluaskan kekauasaanya sampai di eilayah NTT.Pngaruhnya masih terasa di beberapa wilayah.salam kenal.
Admin.
biropesona.blogspot.com